Sunday, October 16, 2011

Kue Wajik

Wajik Hijau


Sekarang banyak sekali macam kue yang dijual dipasaran, mulai segala rupa cake dengan frostingnya sampai berbagai macam cheesecake, tiramisu hingga puding aneka rupa, tapi ternyata kue-kue traditional tetap saja bikin kangen. Entah itu kangen rasanya ataupun juga kangen suasana serta nostalgia yang menyertai-nya, yang jelas kue traditional selalu mendapat tempat dihati saya.

Teringat dulu sewaktu kecil kalau sedang bertamu ke rumah kakak dari kakek di Malang pasti ada sajian yang tidak pernah ketinggalan yaitu rengginang, wajik dan kue ayas (sejenis kue mochi warna-warni berbedak tepung), serta sirup aneka warna buatan sendiri. Saya yang waktu itu masih kecil sangat senang kalau diajak bertamu kesana, kue-kue aneka warna dan rasa yang berbeda dengan ditempat lain membuatnya menjadi daya tarik tersendiri.

Rengginangnya dibuat 2 macam rasa dan ditempatkan pada toples kaca besar, ada rasa asin dan manis, untuk rasa asin diberi taburan ebi dan terasi sehingga menjadi gurih dan juga harum. Kue ayas dengan warna-warni yang menarik diberi rasa sesuai dengan warnanya dan ditempatkan pada piring-piring kecil putih bermotif bunga mawar yang cantik, ada yang pink dengan harum mawar, hijau dengan rasa jeruk maupun vanilla yang berwarna putih. Sedangkan kue wajik biasanya terdiri dari 2 warna, coklat dengan rasa gula merah yang menonjol disertai harum jahe yang samar-samar, dan warna hijau dengan harum pandan dan aroma daun jeruk. Sirupnya biasanya berwarna hijau dengan harum pandan atau kuning dengan rasa nanas.
Semua tertata rapi dimeja, menikmati kue aneka rupa dan warna ternyata bisa membuat hati riang dan bahagia. Mungkin semua kenangan itulah yang tidak dapat saya lupakan.

Setelah saya dewasa dan tinggal jauh dari negri sendiri semua kenangan akan makanan khas Indonesia rasanya sering sekali muncul, sayangnya terkadang bahan bakunya sulit sekali diperoleh, terkadang memang ada walaupun jarang, tapi tentu dengan harga yang tinggi dan kualitas yang tidak bagus. Kemaren kebetulan sewaktu jalan-jalan belanja di pasar traditional yang menyediakan juga produk-produk Asia saya temukan beras ketan Thailand yang cukup bagus kualitasnya, maka terpikir oleh saya untuk membuat wajik. Sudah lama sekali rasanya tidak makan kue ini. Sambil mengingat-ngingat rasa kue wajik yang pernah saya rasakan di Malang dulu maka mulailah saya berburu resep dan akhirnya saya temui di buku kue-kue Indonesia terbitan Yasa Boga.

Dengan sedikit modifikasi maka rasa wajiknya menurut saya sudah sesuai dengan selera saya, tidak terlalu manis dan pas, disamping itu cara membuatnya ternyata sangat mudah tidak seribet yang saya sangka....Sangat cocok dihidangkan sebagai teman minum teh di sore hari. Selamat mencoba...

Kue wajik

- 500 gr beras ketan putih, rendam 2 jam tiriskan
- 500 cc santan dari satu butir kelapa (saya pakai coconut milk instant)
- 200 gr gula merah
- 2 sdm gula pasir
- 3 lbr daun pandan, sobek2, simpul
- 1 ruas jahe diparut (bila suka)

Cara membuat :
  1. Kukus ketan sampai setengah matang ( kurang lebih 15 mnt), angkat, dinginkan.
  2. Didihkan santan, daun pandan, jahe, gula, sampai kental dan berminyak.
  3. Masukkan ketan kedalam rebusan santan sampai air santan terserap habis. Aduk-aduk selama memasak agar matang rata dan tidak gosong serta butiran ketan tetap utuh.
  4. Tuang dan ratakan dalam loyang yang sudah dioles minyak dan bawahnya dialasi plastik.
  5. Kukus lagi selama kurang lebih 15 mnt.
  6. Angkat dan potong-potong sesuai selera setelah dingin.

Catatan :
  • Pada wajik yang berwarna hijau tambahkan pasta pandan atau juice daun suji (kurang lebih 50cc) serta masukkan daun jeruk purut sebanyak 10 lembar dan 1 batang sereh yang dimemarkan kedalam rebusan santan.
  • Ganti gula merah dengan gula pasir sebanyak 150 gr.
  • Agar wajik mudah dipotong dan potongannya cantik maka lumuri pisau dengan minyak sebelum memotong.

No comments:

Post a Comment