Thursday, September 18, 2014

Berbagi cinta

Beberapa waktu yang lalu beruntung saya diajak seorang teman untuk melihatnya saat mengisi  seminar di suatu perusahaan swasta. Materinya sendiri adalah untuk memotivasi karyawan yang baru diterima agar bisa bekerja dengan baik dan sesuai dengan standart perusahaan. Disalah satu materi yang diberikan ada sesion merubah mindset dengan hipnotis.
Hipnotis sendiri adalah salah satu cabang ilmu baru yang dipercaya dapat merubah "mindset" atau "pola pikir" seseorang dengan cara bypass. Yaitu dengan mengaktifkan energy gelombang pendek ke otak sehingga kemudian pikiran bawah sadarnya akan dikondisikan untuk siap  menerima hal-hal baru yang diberikan.

Cara hipnotis kali ini sangat menarik menurut saya, karyawan-karyawa baru ini yang masih berusia sangat muda dibuat tertawa bersama dengan banyolan-banyolan yang disisipkan diantara pemberian teori motivasi dan kemudian dihipnotis ringan sehingga dengan begitu akan membangkitkan kesadaran bawah sadar mereka, dan session berikutnya diakhiri dengan pemberian motivasi-motivasi yang baru untuk membentuk karakter dan pola pikir yang baru.

Para karyawan baru diajak memotivasi dirinya sendiri dengan cara mendengarkan serta membangkitkan kesadaran bawah sadar mereka untuk menjadi lebih baik. Cara yang dipakai adalah dengan pelepasan emosi melalui cara hipnotis sederhana. Pada saat acara hipnotis ringan ini banyak keseruan sendiri, para karyawan muda menangis terisak-isak bahkan ada yang sampai tersedu-sedu karena diingatkan pada jasa orang tua mereka masing-masing. Dengan pelepasan emosi ini maka nilai-nilai yang telah tertanam akan keluar dan dikosongkan serta diganti dengan nilai-nilai yang baru. Mereka yang masih berusia muda ini dipercaya pada dasarnya memiliki jiwa-jiwa yang bersih dan jauh di dalam hatinya memiliki berbagai sikap positif lainnya terutama sikap sebagai individu yang jujur dan baik tetapi terkadang mereka lupa dengan sikap-sikap positif tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi bergesernya sikap positif ini, diantaranya adalah karena perubahan nilai diri, nilai keluarga, nilai pendidikan dan nilai dalam lingkungan. Untuk itu maka alam bawah sadarnya dikosongkan kembali dan kemudian ditanamkan kembali nilai-nilai yang baik dan positif

Terus terang tehnik seperti diatas mengingatkan saya pada  kegiatan kepramuka-an yang saya ikuti saat kecil dulu. Pada setiap kegiatan kemah bersama pasti di malam harinya ada kegiatan yang namanya jurit malam, dan jurit malam ini disertai oleh acara renungan suci. Pada acara renungan suci tersebut biasanya banyak anak akan menangis karena ingat orang tua dan kenakalan-kenakalan mereka terhadap orang tuanya. Pada saat ini anak kemudian diberikan motivasi untuk lebih giat belajar demi menyenangkan kedua orang tua mereka.

Proses yang sama juga dilakukan saat saya menjalani acara orientasi kampus pada penerimaan mahasiswa baru. Pada saat itu saya dan mahasiswa baru lainnya dipaksa untuk menuruti semua perintah yang diberikan, dibuat kelelahan karena telah melakukan aktifitas fisik sejak acara dimulai serta dikecilkan arti diri karena tidak bisa melawan dan harus menahan emosi,  baru kemudian biasanya pada akhir acara diberikan sebuah renungan untuk memotivasi dirinya sendiri agar menjadi lebih baik demi masa depan dan kedua orang tua.

Pada saat renungan suci atau acara perenungan diakhir orientasi kampus ini sudah pasti acaranya dibanjiri isak tangis peserta. Peserta yang sudah capek beraktifitas seharian kemudian diaduk emosinya dengan cara mengingat semua kebaikan kedua orang tua mereka. Mereka biasanya melepaskan amarah dan ketidak berdayaan mereka terhadap orang tua dalam bentuk tangisan. Semakin keras tangisan maka pelepasan emosi semakin tersalurkan dan semakin mudah pula nilai-nilai baru diberikan.

Yah memang ternyata setelah diamati, dan secara tidak disadari seorang anak bagaimanapun tingkat usia maupun tingkat pendidikannya adalah tetap seorang anak. Seorang anak yang jauh didasar hatinya selalu ingin menyenangkan dan ingin menjadi kebanggaan kedua orang tuanya hanya saja mungkin mereka tidak dapat mengungkapkannya dan tidak tahu caranya. Perbedaan-perbadaan cara pandang dengan orang tua, rasa frustasi karena tidak bisa mengungkapkan kekecewaan mereka pada akhirnya menutupi semua kebaikan-kebaikan dan menghasilkan kemarahan dalam diri mereka. Kemarahan ini biasanya disalurkan menjadi bentuk negative seperti malas, tidak mendengarkan nasehat bahkan melawan dan yang paling ekstrim adalah mencari pembenaran di luar rumah dengan teman-teman atau lingkungan yang dianggap sesuai dan mendukungnya. Kemarahan dan peberontakan inilah yang kemudian akan mempengaruhi dan tertanam dalam alam bawah sadarnya sehingga membentuk suatu nilai-nilai baru yag tidak baik.

Pada akhirnya saya juga banyak mengambil pelajaran dari acara yang saya ikuti diatas, terutama sekarang ketika saya telah menjadi orang tua dari anak yang mulai beranjak besar. Kenakalan-kenakalan anak saya serta perlawanan-perlawanan kecilnya yang terkadang bikin emosi dan kesal mungkin adalah bentuk dari caranya menyatakan bahwa dia adalah juga individu yang memiliki kemauan dan kemampuan sendiri. Pemberontakannya bukan suatu tanda bahwa dia tidak menyayangi orang tuanya dan tidak "menurut" tapi caranya berkomunikasi bahwa dia juga ingin didengar.

Semoga saja setelah ini saya bisa menjadi ibu yang lebih baik, ibu yang mau lebih mendengarkan dan dengan menekan segala egoisme sebagai orang tua mampu untuk berbagi cinta dengan anaknya....demi masa depannya dan kebahagiaannya ....Semoga saja.

No comments:

Post a Comment