Friday, January 7, 2011

Arti sebuah nama

Kata pepatah "Apalah Arti Sebuah Nama" tapi tahukah bahwa sebuah nama ternyata mempunyai banyak makna dan cerita. Suatu hari anak saya bertanya pada saya, "Kenapa sich namaku Andien, bukan Sharon atau Cathy?". Dengan sedikit kaget dan heran saya tanya kenapa dia mau nama Sharon atau Cathy..bukankan nama Andien adalah nama yang indah. Dengan cemberut dia berkata bahwa nama Sharon atau Cathy enak didengar, kelihatan keren dan banyak bintang film dan anak-anak di sekolah yang memakainya, selain itu guru-guru disekolahnya selalu kesulitan untuk mengeja dan memanggil namanya.
Dengan sedikit geli karena alasan yang sepele dan lucu saya coba menerangkannya, memang nama Andien tidak umum disekolahnya maupun di televisi karena itu nama Indonesia, dan saya memberinya nama Andien sudah dengan pemikiran yang panjang. Saya ceritakan bahwa nama seorang anak diberikan oleh orang tuanya dengan maksud tertentu, seperti sebuah harapan ataupun mungkin maksud lainnya, seperti juga namanya . Dia memiliki nama panjang yang indah dan mempunyai arti khusus bagi kami, sedang nama panggilannya juga adalah singkatan dari nama kami berdua orang tuanya. Dengan tersenyum lebar dia mengerti dan merasa bangga dengan namanya, sekarang tidak lagi mau menggantinya dengan nama lain, dan dengan lantang akan membantu gurunya untuk mengeja namanya dengan benar.

Sebenarnya masalah nama tidak cuma jadi masalah anak saya saja, karena nama panjang sayapun berbeda dari nama panggilan saya. Nama panggilan saya diambil oleh orang tua saya dengan menggabungkan nama mereka berdua, sedang nama panjang saya selain ada pemberian nenek kakek saya, juga memiliki arti tersendiri bagi mereka berdua. Walaupun begitu gara-gara masalah ini dulu sewaktu masih di sekolah dasar timbul gosip bahwa nama saya tersebut adalah pemberian salah seorang guru...Entah gosip tersebut berawal dari mana tapi saya rasa karena guru tersebut membantu orang tua saya untuk mengurus akte kelahiran. Ceritanya dulu sewaktu lahir saya belum punya akte kelahiran, baru setelah SD inilah diuruskan pemutihannya oleh guru tersebut. jelas gosip ini bikin kuping merah...padahal sudah pula saya terangkan bahwa saya murid pindahan dan saya punya raport sebelumnya dengan nama yang sama tapi namanya saja gosip...toch akhirnya hilang sendiri.
Belum lagi kesulitan lain tentang nama panggilan yang berbeda ini, sampai dibangku kuliahpun para dosen dan teman saya hanya tahu nama panggilan saya saja bukan nama panjang saya, jadi seaktif apapun saya di kelas begitu penilaian selalu keluar nilai standart..setelah usut punya usut ternyata para dosen saya selalu tidak melihat nama saya di daftar absent dan memberi nilai standart pada nama2 yang tidak mereka kenal tapi selalu mengisi daftar hadir.

Ada juga kejadian lucu berkenaan dengan nama ini, pada sebuah liburan saya diperbolehkan orang tua untuk berlibur ke rumah kakek di sebuah desa di Malang hanya berdua saja dengan adik. Pada suatu kesempatan saya diajak seorang sepupu membeli rujak di sebuah warung. Si penjual bertanya siapa saya, karena wajah saya dia tidak pernah lihat. Saya sebutkan nama bapak saya, tapi tetap dia tidak tahu siapa saya, akhirnya saya sebutkan dimana saya tinggal, dengan tertawa dia berkata, "Oooh kamu cucunya Wagiran ya..."
Jelas saya tidak tahu siapa yang dia sebutkan itu, yang saya tahu nama kakek saya sudah terkenal luas di desa itu, dan termasuk penduduk yang terpandang, jadi tidak mungkin mempunyai nama lain yang kedengaran ndeso dan kampung...Mungkin dia salah dengan nama pemilik dokar di depan rumah pikir saya...Tapi tetap si pembuat rujak bersikukuh bahkan dia bilang dia teman sekolah kakek saya. Saya begitu marahnya..pulang dengan muka cemberut...sampai lupa bayar rujaknya. Sampai dirumah kakek saya mengadu padanya, dengan tertawa kakekpun bercerita bahwa dulu orang tuanya memang memberinya nama itu, karena orang desa masih berpikiran sederhana, mereka memberi nama anak mereka sesuai hari kelahirannya yang berdasarkan penanggalan Jawa seperti lahir di hari pon namanya jadi ponirah atau ponitun, atau hari wage menjadi wagiran, wagiman, dll. Nama adalah juga sebagai alat pengingat, begitu katanya, karena orang jaman dulu terkadang punya anak banyak mereka terkadang lupa hari lahir masing-masing anaknya. Dan setelah dewasa terkadang anak malu dengan nama desanya apalagi terkadang guru-guru sekolah zaman dulu menyuruh mereka ganti nama dengan alasan agar terlihat terpelajar dan seperti nama priyayi di raport mereka maka merekapun berganti nama. Kalau kakek sendiri berganti nama di Mekah ketika beliau naik haji, alasannya disuruh oleh pimpinan rombongan dan itu sudah lazim dilakukan pada saat itu. Mereka harus memilih nama-nama yang berbau Islam setelah selesai berhaji sebagai penanda bahwa setelah sampai di tanah air menjadi orang baru dan kepribadian yang baru yang Islami, sekaligus menandakan bahwa mereka telah naik haji.

Lain di desa lain lagi di kota, kalau anak-anak di desa berganti nama karena malu dengan nama pemberian orang tua mereka yang kedengaran sederhana dan tidak keren, maka di kota malah orang justru mencari nama panggilan yang aneh-aneh. Nama panggilan ini biasanya nama-nama julukan mereka. Seperti nama panggilan di keluarga kakek saya dari pihak ibu yaitu Bleti, Bletu, Bletok, Bletem atau Gembong, Bendut dan nama aneh lainnya, atau juga seperti nama-nama beberapa teman saya Ijunk, Ceper, Ending, Ncuzt, Jabrik, yang sebenarnya tidak ada artinya dan tidak tahu nama itu diambil dari mana karena tidak ada hubungannya sama sekali dengan nama asli mereka, yang jelas nama panggilan ini justru lebih ngetop dari nama mereka yang sebenarnya.

Yah...mungkin juga ada benarnya ungkapan "Apa arti sebuah nama" toch orang dinilai bukan dari namanya tapi dari perbuatannya...tapi buat saya sendiri sebuah nama adalah identitas kita yang akan melekat seumur hidup. Nama pemberian orang tua adalah juga sebuah tanda cinta kasih mereka terhadap orang yang sangat dikasihi, mengandung semua harapan dan doa yang menyertainya...sebuah kenang-kenangan dari orang terkasih.....

No comments:

Post a Comment