Friday, November 22, 2013

Setrika

Kalau ibu-ibu sedang berkumpul dan membicarakan tentang pekerjaan rumah maka pasti menyetrika pakaian adalah topik yang paling hangat dibicarakan karena dari semua pekerjaan rumah mulai dari menyapu, bersih-bersih, mencuci sampai dengan memasak dan berkebun maka peringkat menyetrika pasti yang paling bawah disukai. Pekerjaan yang juga saya sering tunda dan pasti ada saja alasan saya untuk tidak mengerjakannya padahal tumpukan baju kering yang sudah saya cuci semakin lama semakin menggunung dan tidak akan berkurang sebelum dikerjakan.

Terkadang timbul keinginan untuk tidak mengerjakannya sama sekali. Baju-baju rumah cukup dilipat rapih atau digantung saja setelah di jemur dan hanya menyetrika baju-baju yang akan dipakai untuk ke kantor atau acara tertentu seperti saran seorang teman, tapi kok hati ini seperti tidak enak, seperti ada yang kurang, mungkin juga karena saya tidak terbiasa melakukannya.

Untuk mengurangi jumlah setrikaan di rumah maka saya putuskan untuk mulai berstrategi yaitu membuat peraturan baru, baju baru boleh dimasukkan ke tempat cucian setelah benar-benar kotor dan baju boleh dipakai beberapa kali sebelum dicuci. Cara itu ternyata berhasil hanya beberapa saat saja, rupanya seisi rumah sudah terbiasa untuk berganti baju berkali-kali dalam sehari, Jadi tetap saja saya berkutat dengan setrikaan yang menggunung.

Seingat saya ketidak sukaan saya menyetrika pakaian sebenarnya sudah ada sejak dulu, sejak sebelum menikahpun pekerjaan menyetrika sudah berusaha saya hindari.  Kalaupun terpaksa saya harus menyetrika maka pasti akan terjadi sesuatu seperti menghanguskan beberapa baju sekaligus atau protes bapak saya karena celana panjangnya menjadi bergaris tidak karuan bahkan pernah saya menyetrikanya melebar tanpa garis sehingga kalau dipakai menjadi mirip rok. Dan banyak lagi kejadian lucu ataupun menyebalkan lainnya, makanya dulu sempat terheran-heran juga kalau ibu saya justru memilih menyetrika pakaian sebagai pekerjaan rumah yang dia senangi dibanding pekerjaan lainnya.

Tetapi baru-baru ini mulai saya sadari bahwa menyetrika pakaian bisa juga mengasikkan. Walaupun mungkin setrikaan saya tetap belum sempurna dan terkadang masih membakar satu dua baju tetapi saya sudah mulai bisa menikmati pekerjaan menyetrika ini, terutama kalau sedang menyetrika baju anak.

Pada saat menyetrika baju-baju yang dipakainya seperti mengingatkan saya akan tingkah lakunya sehari-hari, hal-hal kecil yang membuat saya selalu kangen padanya. Dan ternyata juga bau uap dari setrika yang panas kalau menyentuh pakaiannya serupa benar dengan bau badannya. Jadi sambil menyetrika saya akan melamunkannya, rasanya  seperti dia ada di dekat saya dan saya sedang memeluknya.  Mungkin ini yang membuat ibu saya dulu amat menyenangi pekerjaan menyetrika baju, karena dia akan selalu merasa dekat dengan orang-orang yang disayanginya.

No comments:

Post a Comment