Friday, October 8, 2010

Teguran...

Beberapa hari lalu saya mendapat teguran dari salah seorang kawan lama, dia adalah salah satu bekas teman sekantor yang sudah lama tidak berhubungan tetapi akhirnya kita ketemu lagi berkat sebuah jejaring sosial yang saya ikuti. Tegurannya disampaikan secara langsung maupun terbuka sehingga teman lain juga bisa membacanya, pada intinya dia menyampaikan kekesalannya karena dulu sewaktu kita masih sama-sama satu kantor saya dianggap sombong dalam bergaul. Teguran ini membuat saya terkejut sekaligus menggelisahkan saya, apakah benar apa yang dikatakannya itu karena pada dasarnya saya tidak merasa seperti yang dia katakan. Sebenarnya peristiwa yang sama juga pernah saya alami beberapa tahun yang lalu saat saya antri di salah satu bank ternama di Indonesia. Walaupun bukan dengan orang yang sama tapi saya merasa ada kesamaan dalam dua peristiwa ini.

Terus terang sekali saya benci antri apalagi di bank karena pastinya kita harus rela berdiri lama menunggu giliran. Service Bank belum sebagus saat ini, customer dibiarkan berdiri berjam-jam menunggu giliran dilayani dan seingat saya mesin ATM belum secanggih sekarang, mesin ATM saat itu hanya bisa digunakan untuk penarikan uang saja sedangkan transaksi lain seperti transfer dll harus tetap lewat kasir. Padahal saya perlu sekali mentransfer uang untuk keperluan pembayaran kuliah saya yang sudah harus jatuh tempo dan disaat yang sama saya juga hanya memiliki waktu yang terbatas karena ada janji lain dengan salah seorang klien kantor. Bisa dibayangkan rela tidak rela harus antri, dengan wajah masam tentunya.
Saat antri yang entah sudah beberapa lama inilah tiba2 seseorang memegang pundak saya. "Eh, kamu kelihatan sombong sekali" katanya. "Apa" sahut saya yang terkejut dengan ucapannya dan berusaha mengingat2 siapa orang yang mengajak saya bicara itu. "Kamu sombong sekali, dan tahukah kamu semua orang disini memperhatikan kamu karena kamu menarik" katanya, "Tapi lihatlah kamu sepertinya tidak perduli dan cuek saja" lanjutnya sambil tertawa-tawa kecil bersama beberapa teman2nya yang ikut antri di barisan lain. Terus terang saya terkejut dengan ucapannya, tapi saya berusaha diam dan tidak membalas ucapan mereka karena saya juga tidak merasa kenal dengan salah satu dari mereka. Saya juga tidak tahu harus bersikap bagaimana karenanya saya berusaha tetap tenang dan menunggu sampai giliran saya datang, setelah itu cepat-cepat meninggalkan tempat itu.

Lama saya berpikir tentang kejadian itu, saya sudah tentu merasa tersanjung dengan ucapan mereka bahwa saya "menarik" tapi disatu sisi saya juga merasa tersentil, apakah benar saya sombong dan membanggakan diri sendiri. Saat antri di Bank itu saya merasa tidak memakai pakaian yang menyolok, saya hanya memakai blouse dan bawahan kantor standart biasa yang seingat saya berwarna hitam. Dandanan saya juga jauh dari gemerlap karena biasanya saya hanya memakai lipstick seadanya dan jam tangan sebagai pelengkap. Apakah sikap saya yang membuat saya kelihatan sombong?

Saya akui pada saat itu saya berada di puncak kehidupan saya. Di usia muda saya sudah bisa mencapai semua yang diinginkan orang muda lainnya. Pendidikan yang cukup, karier yang baik dan kasih sayang yang melimpah dari orang-orang terkasih. Semuanya membuat kepercayaan diri saya tumbuh menjulang dan mungkin ini dapat terbaca di wajah dan pembawaan saya, tapi apakah percaya diri itu bisa dikatakan sombong? Saya rasa tidak juga, menurut saya kata sombong jauh sekali dari pikiran saya, karena disaat yang sama saya merasa hidup saya baru dimulai, ada banyak orang lain yang lebih sukses dari saya dan itu sangat saya sadari, berpuas diri bukanlah type saya. Memacu untuk menjadi yang lebih baik menjadi prioritas konsentrasi saya saat itu. Dalam bergaulpun saya menempatkan diri saya sebagai "pengamat" bukan sebagai orang yang "terlibat". Saya bukan orang yang mudah berbaur dengan orang yang saya tidak kenal benar, saya juga bukan si pencari masalah atau si pencari perhatian karena opini saya biasanya saya simpan dan hanya untuk catatan pribadi saya saja. Bergelut dengan pikiran-pikiran saya sendiri mungkin yang menyebabkan saya terlihat acuh pada sekeliling dan kehati-hatian saya dalam bergaul membuat saya terlihat exclusive.

Tanpa bermaksud membela diri, dua peristiwa berbeda dengan masalah yang sama diatas membuat saya perpikir keras dan mulai bebenah diri, dan yang jelas sebuah teguran dari sahabat atau orang yang tidak dikenal sekalipun akan membuat saya menjadi manusia yang lebih baik lagi ke depannya....

No comments:

Post a Comment