Tuesday, March 16, 2010

Harapan...

AKU
Oleh : Chairil Anwar


Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943


Semua pasti tau puisi diatas atau paling tidak pernah mendengarnya...walaupun banyak orang mengartikannya dalam arti dan makna yang berbeda-beda tetapi menurut saya sendiri puisi"Aku" menggambarkan suasana hati si penulis dan kondisi penulis pada saat itu. Pergolakan batin si penulis, bagaimana dia berusaha menentang arus pada zamannya, merasa terkucil dari lingkungannya, putus asa dalam kesendirian , tapi juga sekaligus berusaha untuk tetap berjuang dan berharap terus sampai akhir hayatnya.
Terus terang puisi diatas selalu terngiang di kepala kala saya merasakan hal yang sama dengan yang dialami Chairil Anwar, mungkin kondisi atau persoalannya saja yang berbeda tetapi suasana hati yang merasa sendiri dalam memikul persoalan hidup, merasa lelah dan tak berdaya sekaligus juga berusaha untuk salalu tabah menunggu akan harapan yang lebih baik di masa datang dengan terus berjuang.

Saya ingat beberapa tahun yang lalu saya merasa gagal akan suatu hal, padahal saya sudah berusaha untuk menjalinnya jauh-jauh hari, tapi ternyata kenyataannya tidak seperti yang saya harapkan. Saya benar-benar merasa terpuruk dan tidak punya pegangan. Perasaan itu begitu mengusik saya sampai saya tidak dapat berpikir lain dan melakukan tindakan yang rasional. Kadang seharian saya hanya berjalan diantara keramaian, berjalan sampai malam dan kaki tak lagi mampu melangkah. Berjalan diantara pilar-pilar gedung tinggi, memperhatikan langit yang menaungi, gemerlap lampu dan lalu lalang orang serta kendaraan hanya untuk berusaha menyerap energi yang mereka punya.
Saya lakukan hal ini sambil bertanya dalam hati apa sebenarnya yang saya mau, sudah benarkan pilihan saya, dimana letak ketidak berhasilan saya kemaren. Apakah di masa datang saya bisa segembira mereka, sebahagia mereka dan sesukses mereka, banyak lagi pertanyaan-pertanyaan di kepala yang silih berganti meminta jawaban. Dan yang paling penting dari semua itu adalah mampukah saya meneruskan hidup dan memperjuangkannya....

Mencoba mencerna semua kenyataan pahit tidaklah mudah saya rasakan, butuh waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan dan mungkin bertahun-tahun.
Mencoba kembali untuk menata kepingan-kepingan kecil harapan yang tersisa.... untuk melanjutkan hidup ke depan.... sedikit demi sedikit.... dan sambil terus menghilangkan semua keraguan.
Kesadaran akan terus berjuang dalam hidup memang pilihan...dan ada beribu didepan kita, tinggal mana yang akan kita pilih...saat sendiri...merasa kalah...pasti akan selalu ada harapan baru didepan yang bisa kita pilih...

Mungkin Chairil Anwar merasa kalah dalam hidupnya...putus asa menjadi seniman miskin dan digerogoti penyakit...mengalah akan takdirnya....Tapi dia tetap tidak pernah kehilangan semangat....untuk terus berjuang dalam keyakinannya.... dan menjalin harapan akan hidupnya...bahwa suatu hari nanti semua akan terbayar.....mungkin tidak hari ini.... saat ini.... dan masa ini.....tapi mungkin suatu saat nanti... dimana keabadian itu ada dan menjadi tujuan semua umat manusia....Dan hanya "Sang Waktu" yang mampu menjawabnya.

No comments:

Post a Comment